Blogger Gembar-Gembor Data AISI, Dealer Kecil Menjerit Dijejali Stock

Pernah membaca suatu artikel tentang gembar-gembor data AISI?. Ternyata dibalik itu tidak menutup kemungkinan ada dealer kecil menjerit loh. Nah bicara soal data AISI, kalau anda menganggap angka yang tinggi tersebut merupakan angka penjualan dari dealer ke tangan konsumen. Maka pengertian tersebut keliru banget loh guys. Data AISI merupakan angka penjualan wholesales dari pabrikan ke dealer, bukan ke tangan konsumen.
Atau dengan kata lain jika jumlah yang tertera pada data AISI terbilang tinggi, namun belum tentu angka tersebut terserap banyak oleh konsumen. Bisa jadi masih banyak yang menumpuk didealer. Sebelum saya bahas lebih lanjut, perlu diketahui bahwa saya menulis artikel ini bertujuan untuk memberikan sudut pandang yang bijak. Agar semua orang tau bahwa dibalik propaganda “data AISI” itu ada derita dealer kecil yang terkena SP. Baiklah saya lanjutkan kembali ya guys. Sebelumnya pernah terfikirkan atau tidak, dibalik gembar-gembor pemberitaan soal data AISI market share tinggi, ada dealer yang menjerit?
Bukannya dealer kecil menjerit karena merasa senang dengan market share yang diperoleh berdasarkan data AISI terbilang besar. Tapi dealer kecil tersebut menjerit karena terus-terusan dijejalkan stock secara berkala. Setiap bulan stock sepeda motor secara terus menerus datang, stock tersebut datang tanpa perduli apakah laku atau tidak.
Apabila dealer kecil tersebut dianggap sudah tidak mampu menjual unit sepeda motor, nantinya dealer kecil tersebut akan diberikan SP. Nah kalau sudah begini kejadiannya, jeritan semakin keras karena dealer kecil tersebut tidak bisa lagi menjual sepeda motor. Paling mentok mereka beralih hanya menjual sparepart dan layanan service.
Bisa jadi buat dealer kecil lainnya dengan modal terbatas. Namun stock sudah menumpuk, sulit keluar tapi terus dikirimkan stock sepeda motor. Siap-siap saja nantinya bisa jadi juga akan beralih dari jaringan 3S menjadi 2S saja. Tadinya melayani Sales, Service & Sparepart menjadi Service & Sparepart saja.
Coba bayangkan deh jeritan dealer kecil tersebut. Sudah terkena SP, tidak bisa jualan sepeda motor lagi, sisa stock motor mau diapakan? hanya bisa melayani service dan sparepart. Belum lagi tagihan pajak sudah menunggu. Plus jika punya sangkutan dengan bank untuk suntikan modal, sudah tentu cicilan dan bunga menunggu dengan setia. Kalau sudah begini sih benar-benar seperti sedang kerja rodi. Sementara disatu sisi ada blogger yang membangga-banggakan market share berdasarkan data AISI.
Win-Win Solution Untuk Dealer Kecil

Sumber foto: peoplematters.in
Sebenarnya ada cara win win solution yang ideal baik untuk pihak pabrikan ataupun dealer kecil dan besar sekalipun. Misalnya menggunakan metode dealer financing, jika dealer biasa jualan 300 per bulan, berarti budget dealer tersebut hanya sebatas itu saja. Adapun jika ternyata jualannya lebih dari itu, yang bersangkutan mesti bayar terlebih dahulu agar plafonnya bisa dinaikan.
Pabrikan yang menerapkan metode tersebut lebih bijaksana. Walau tidak terlihat agresif tetapi lebih sehat dan tentunya bagi dealer resiko bisa lebih dikontrol. Pabrikan dengan dealer bisa duduk bareng untuk membahas permasalahan yang ada. Jika memang harus dilakukan langkah stop supply unit sepeda motor, maka hal itu akan dilakukan. Agar rasio stock terjaga dengan baik, tidak kurang dan tidak berlebihan. Jika sudah begini tentunya data AISI akan terlihat turun.
Tapi pada umumnya metode tersebut bisa diterapkan untuk pabrikan kecil. Sedangkan untuk pabrikan yang besar bisa jadi jika demand turun maka akan memilih cara untuk menekan ke dealer-dealer. Last buat teman-teman blogger yang sering menggunakan data AISI untuk alat propaganda berita. Siap-siap saja jika nantinya akan ada banyak dealer-dealer kecil yang menangis karena kena SP.
Terima kasih sudah membaca artikel ini ya guys, baca juga artikel lainnya:
Lexi S VS Vario 150 eSP, Siapa yang Lebih Unggul?
Data AISI April 2018: Ini Rahasia Honda Bisa Kuasai 78,12% Pasar Sepeda Motor
CVT PCX Lokal Gredek? Bawa Santai Aja bro, Ikuti Tips Berikut Ini!
Saya lihat di semua dealer Honda tiap kecamatan di daerah ada sekitar 5 dealer tiap-tiap dealer ada sekitar 20 motor lebih padahal mereka paling menjual 1 atau 2 motor perbulan …jd dimana keuntungan bisnis …jg Yamaha di kecamatan cuma 1 dealer besar dgn kapasitas digudangnya hampir 120 motor… apakah motor di dealer modalnya cuma seperempat dari harga OTR?
Pabrikane ahm apa? Apa yamaha?
Pencerahan sekali dan bersikap wajar mantab mas..yg lain ingin dibilang netral tp terlihat memojokkan satu dua kata terlihat.ini memang bisnis si ya susah juga dan penulis punya hak di bloggernya masing.akhir kata yang cerdas waras.
Kalau benar data aisi itu penjualan /pengiriman dari produsen ke dealer…..bisa jadi masuk akal.misal …produksi batch maret april dijual mei buat antipasi efek lebaran dan tahun baru ajaran.dan di mei 2018 ini…dp motor hampir semua sampe turun drastis bahkan fgn tagline dp 500 nego sampai jadi,terus ada istilah dp siluman : tertera dp 500 plus fc ktp kenyataan hanya 150 rb…..(pantes) data aisi melambung….
Nah yg kentara itu awal tahun dan akhir tahun,karena konsumen sedikit yang mau beli jan-feb tapi hasil produksi bulan nov,desember tahun lalu.maka nya sisa batch tahun lalu di akhir tahun sering di obral….
Terus di dealer distribusi memang stock di gudang penyimpanan overstock….
Masuk akal sales yg dikejar tanget FIFO first in first out….
Karena planing control produksi juga harus sinkron dengan marsal/marketing sales produsen…kalau enggak…antipasi libur nasional,libur lebaran dan hari libur lain…..
Jadi diantipasi di bulan sebelumnnya dgn membangun gudang distributor besar besaran….
Bln ini menganalisa matik beat yg tembus 200 ribu unit lebih….dari 130 rb unit
Bahkan naik hampir 70 sd 100 %….
Ternyata kasusnya demikian….
Kalau produk laku,berani nimbun stock dari produsen ke dealer.kalau kurang laku sesuai permintaan dealer….
Kalo masih sesuai permintaan dealer
Sih memang wajar ya gan..
Nah kalo enggak diminta, tapi dikirim terus?
Hehehe
Itu tuh yang bisa bikin njerit..
#ayo tinggalin blogger mainstream!
Berani?